KECELAKAAN DALAM CINTA


By:ICHANX
 
Siapa sih yang nggak mau berduaan sama pacar di tempat yang nyamam, asyik, dan romantis. Pasti nggak ada yang nolak. Jangankan disana, dipojok sekolahanpun jadi. Tapi kenapa, tradisikah atau emang sudah menjadi bawaan orang yang lagi kasmaran untuk menjadikan segala sesuatunya itu 'serba indah' ? Semua selalu dikaitkan pada suatu yang menyenangkan. Apa lagi buat para "pemula" yang baru ngerasain betapa indahnya cinta yang mungkin nggak pernah berpikir susahnya. Pokoknya asal bisa berduaan sama do,i tak peduli siang dan malam, panas ataupun hujan. Bahkan jika mungkin, dalam mimpipun dia bikin janji. Tak jarang juga yang kasak-kusuk nguber tempat yang bebas dari ganguan, oleh seekor nyamuk sekalipun. Akibatnya tak jarang pula remaja yang "ketiban celaka" karenanya.


Disamping karena orangya memang sembrono, " kecelakaan" - baik yang Cuma nyerempet maupun yang tabrakan - bisa juga terjadi karena tempat yang kondusif untuk itu. Misalnya saja ditempat wisata. Coba hitung sudah berapa banyak lokasi wisata/rekreasi - di jakarta saja - yang memang sengaja didisain sebagai tempat kencan para muda-mudi. Bukan berkunjung atau tidaknya ketempat tersebut yang jadi soal. Tapi ada kecenderungan bahwa tempat-tempat semacam itu lepas dari kontrol sosial. Terutama perilaku seksual remaja. Berbagai hal yang awalnya terikat oleh berbagai nilai sosial, agama dan moral bisa menjadi wajar atau boleh-boleh saja di tempat-tempat tertentu, bahkan banyak juga kasus-kasus pelecehan seksual yang terjadi di tempat tersebut. Jadi ada semacam asumsi bahwa kalau ditempat tersebut bebas ngapain aja sama do'i, karena mungkin semua orang yang berada disana berprinsip "peduli setan dengan orang lain yang penting gue happy". Apa lagi kalo pacaran, biasanya nyari tempat yang nyempil di pojokan. Wah gawat dong…


Itukan cuma contoh. Selain itu masih banyak tempat yang bisa ngejebak kamu kedalam perilaku seksual bebas. Di rumah misalnya, kamu kudu hati-hati kalo pas kebetulan Cuma lagi berduaan. Berapa survey menunjukkan bahwa ternyata sebagian remaja yang melakukan hubungan seksual dengan pacarnya dilakukan didalam rumah. Lho kok bisa ? Iya, mereka melakukannya ketika ortunya atau anggota keluarga yang lain lagi pada kerja. Ada yang memang dengan sengaja merencanakan untuk melakukannya, ada juga yang enggak, pokoknya tau-tau kejeblos aja. Yang jelas semua akan merugikan pelakunya. Terutama kaum perempuan yang paling banyak diperlakukan kurang adil dalam kasus-kasus seperti itu.


Disamping itu kantin dan kamar mandi sekolahanpun sering dijadikan arena bercinta. Ada yang bilang " namanya juga cinta dimanapun jadi". Tapi kalo sudah sampai "grepek-grepek" dan mungkin lebih, apa benar semua itu karena cinta ?


Pada saat kamu berduaan dengan pacar kamu, hormon seksual sangat aktif dan detak jantungpun meningkat, inilah yang menjadikan kamu merasa senang dan bergairah saat deket sama pacar, karena hormon seksual meningkat maka kemudian menstimulus kamu untuk melakukan aktifitas seksual, dari pegang tangan sampai pegang-pegang yang lainnya. Bang Rockwood dan Food (1945) bilang, bahwa seorang yang jatuh cinta tidak bisa lepas dari keinginan atau dorongan untuk melakukan kontak fisik dengan pasangannya. Kedekatan fisik inilah yang ahirnya akan mengarah pada perilaku seksual pada pacaran. Nah kalo kamu lagi berada di tempat yang sunyi senyap, dan yang kedengeran hanya desah nafas kalian berdua dan kalian nggak bisa ngendaliin diri ahirnya "kejadian" deh. Nyesel ? makanya nyari tempat jangan sepinya aja

Kaitanya dengan tempat yang "tidak aman" bagi remaja, ada tiga hal penting yang mestinya jadi perhatian semua pihak. Pertama, pendidikan seks yang tidak seimbang dengan meningkatnya perilaku seksual remaja, emang sih ini masih menjadi perdebatan antara yang setuju dan yang enggak, tentang pendidikan seks buat remaja. Sebetulnya persoalannya sederhana aja kok. Sebagian besar dari masyarakat kita masih menterjemahkan pendidikan seks sebagai pelajaran yang mengajarkan cara melakukan hubungan seksual, itu yang perlu diluruskan. Dengan pemahaman remaja tentang kensekwensi dan bagai mana cara menyikapi kematangan seksualnya kurang, ahirnya kontrol dirinya kurang. Kedua, kontrol sosial yang terlalu longgar pada perilaku seksual yang ada dikalangan remaja. Kamu pernah lihat dong, orang pelukan, ciuman, atau sekedar rangkulan dijalan atawa dibis kota. Itu juga perilaku seksual. Nah, untuk hal hal yang seperti itu sudah terlanjur dimaklumi. Jadi ya tahu sendirilah, jangankan ditempat yang sepi, ditempat rame aja kayak gitu. Ketiga, dekadensi moral. Moralitas remaja lebih menentukan apakah dia akan "macem-macem" saat pacaran atau tidak. Dimanapun atau kapanpun. Pendidikan seks dan kontrol sosial yang kuat nggak akan ada artinya kalo remajanya sendiri juga punya keinginan yang kuat menerobos batasan-batasan tersebut, gimanapun juga yang namanya keinginan bisa menciptakan kesempatan dan sebaliknya sekalipun ada kesempatan tapi nggak ada keinginan, maka kesempatan akan dilewatkan.